Sejarah Serboek Sari 1918
Serboek Sari bermula dari lereng Gunung Marapi, Bukittinggi, di sebuah negeri kecil yang bernama Nagari Sungaipua. Disanalah pendiri Serboek Sari lahir dan dibesarkan, yang bernama lahir Sariamin. Hingga akhirnya pada tahun 1901, terjadilah pemberontakan kecil terhadap pemerintahan Kolonial Belanda. Sehingga pada tahun itu menyebabkan Sariamin memilih menghindar dengan merantau ke Payakumbuh. Ketika itu belum ada kendaraan bermotor, jadi Sariamin merantau menggunakan kuda pedati.
Selang beberapa tahun kemudian, Sariamin merantau lagi ke negeri kecil yang bernama Dangung-Dangung, hingga akhirnya menetap disana pada tahun 1907. Sariamin ini memiliki suami yang bernama Pakiah Binu, bermata pencaharian sebagai Pandai Besi, diantaranya membuat s\Sabit, Cangkul, Tapal Kuda, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pandai besi. Hari berlalu dan tahun pun berganti, melihat kondisi kehidupan yang susah dengan hanya mengandalkan suami, dan juga tekanan kehidupan dibawah penjajahan Kolonial Belanda, akhirnya Sariamin memberanikan diri untuk membuat kopi, maka pada tahun 1918 dimulailah sejarah Serboek Sari di Ranah Minang.
Pada saat itu kopi dikerjakan masih secara manual dan sangat tradisional, dengan menggunakan “Kancah” (Kuali besar tak bertelinga) kopi di sangrai menggunakan tungku kayu, begitu selesai di sangrai lalu ditumbuk halus menggunakan lesung. Selain yang di haluskan, Sariamin juga menjual kopi siap rendang , istilah sekarang Roasted Bean. Zaman itu belum ada kemasan plastik (apalagi kemasan foil), jadi Sariamin menjual kopi menggunakan “Karisiak” (daun pisang yang telah kering). Penggunaan karisiak ini juga bukan tanpa alasan, begitu roasted bean selesai di sangrai, kopi yang masih panas bisa langsung dibungkus kedalam karisiak, dan yang terjadi bukannya kualitas aroma kopi menjadi rusak, bahkan kopi jadi bertambah harum dan nikmat
Sariamin menjajakan kopi ini dari Pakan ke Pakan. Pakan itu istilah yang dipakai untuk pasar tradisional setempat. Hingga pada tahun 1925 kopi yang dijajakan Sariamin terkenal dengan nama “Sabuak Sariamin”. Sabuak itu istilah yang dipakai untuk kopi. Usaha kopi ini terus berlanjut, hingga pada tahun 1940 usaha kopi ini dilanjutkan oleh Raisab, putri dari Sariamin. Pada masa Raisab, ada perbaikan sistem produksi, yang dulunya memakai Kancah sekarang telah menggunakan Drum besar yang diputar menggunakan tangan. Kualitas kopi sudah semakin halus karena kopi selesai Roasting ditumbuk menggunakan “Indiak-an” (semacam lesung yang lebih besar dan memanfaatkan tekanan kaki manusia untuk menumbuknya), setelah kopi ditumbuk lalu di saring menggunakan ayakan.
Pada perkembangannya, “Sabuak Sariamin” selanjutnya lebih dikenal sebagai “Sabuak Raisab”.
Sementara Raisab membuat kopi, Yunidar yang merupakan putri semata wayang Raisab juga membuat kopi, itu dimulai dari tahun 1960. Bersama sang suami yang bernama Asmir Adam, Yunidar memberikan nama “Serboek Sari” sebagai brand untuk produk kopinya. Nama tersebut juga merupakan sebuah filosofi dari nenek Yunidar itu sendiri, yakni Sariamin.
Dengan kepintaran dan keahlian Asmir Adam dalam bidang permesinan yang ia dapat ketika masih bekerja di galangan kapal di Surabaya, sistem produksi Serboek Sari berubah drastis. Drum besar yang dulu di putar dengan tangan sekarang telah diputar dengan mesin 12pk. Dulu menghaluskan kopi dengan menggunakan “Indiak-an”, sekarang telah menggunakan mesin penepung. Semua serba mesin.
Karena semua telah serba mesin, maka Serboek Sari bisa memproduksi dalam skala besar, oleh karena itu Serboek Sari mencoba memperluas pasar dengan mengirim kopi hingga ke wilayah Pekanbaru, selain ke daerah Payakumbuh, Bukittinggi, dan Padang. Dengan sistem “kepercayaan” dengan agen-agen, Serboek Sari mulai menjual kopi ke luar Provinsi, dan para agen memakai sistem konsinyasi pada toko.
Sementara “Sabuak Raisab” tetap berjualan dari Pakan ke Pakan, Serboek Sari mulai mengembangkan usahanya keluar provinsi. Namun Nasib berkata lain, pada tahun 1977 Serboek Sari pailit, disebabkan oleh ketidakjujuran agen yang menjual kopi keluar daerah, sehingga pabrik tidak lagi mampu memproduksi untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar daerah.
Walaupun Serboek Sari Pailit, “Sabuak Raisab” tetap jalan, tak terpengaruh oleh Serboek Sari. Hingga Akhirnya pada Tahun 1987, Raisab Wafat dan digantikan oleh cucu beliau yang bernama H. Ujang Asmir. Sebagai penerus “Sabuak Raisab” dan juga sebagai tanda bakti kepada orang tua, H. Ujang Asmir memulai Usaha Sabuak Raisab dengan nama Serboek Sari. Dan kembali kepada filosofi lama bahwa kopi memang bermula dari “Sabuak Sariamin”.
Dengan keahlian H. Ujang Ssmir yang dahulu pernah kuliah di Teknik Mesin, Sistem roasting kembali diperbaharui, yang dahulu menggunakan Drum untuk memasak kopi sekarang telah diganti dengan bahan stainles steel. Mesin penepung kopi juga berubah, didesign sedemikian rupa agar bubuk kopi yang keluar dari mesin tidak perlu lagi diayak ulang, menghasilkan bubuk kopi yang halus yang tidak lagi mengapung begitu diseduh air panas.
Ketika masa kepemimpinan H. Ujang Asmir inilah Kopi Serboek Sari terkenal di Luak Limo Puluah, hingga mengisi lagi toko-toko di pekanbaru (Kali ini menggunakan sales dari Serboek Sari), bahkan hingga ke negeri jiran Malaysia, 400 kg perbulan tidak kurang dikirimkan ke Malaysia. Kemasan karisiak tidak lagi dipakai, digantikan dengan kemasan plastik yang lebih ekonomis dan praktis. Mesin Sealer untuk kemasan plastik juga mulai digunakan, agar pengemasan lebih rapi dan waktu kerja jadi lebih efektif.
Pada tahun 2015, H. Ujang Asmir menyerahkan kepemimpinan Serboek Sari kepada putra Tertua, Aank Ariwindi S.E, setelah menamatkan pendidikan Manajemen Ekonomi di Universitas Gadjah Mada. Pada perkembangannya, Aank Ariwindi S.E, membangun Brand Arwis, Sebagai anak perusahaan dari Serboek Sari yang khusus untuk produk premium, seperti Arwis Classic (Robusta), Arwis Legendaris (Robusta + gula aren), Roasted Bean Robusta dan Arabica, dan Arwis Arabica + Gula Aren. Untuk memenuhi pasokan Gula Aren, Kami berkolaborasi dengan petani Aren lokal yang terdapat di Nagari Sungai Naniang dan Nagari di Gaduik.
Aank Ariwindi S.E, mempunyai Visi untuk membangun brand Serboek Sari 1918 hingga mancanegara, sehingga akhirnya mendirikan anak perusahaan Kilang II Serboek Sari 1918 sebagai motor penggerak.